The Last Of Us Part II
The Last Of Us Part II
Digadang sebagai salah satu game terbaik dalam satu dekade terakhir, apa yang berhasil dicapai oleh Naughty Dog dengan The Last of Us memang pantas untuk dirayakan. Berangkat sebagai developer dengan game yang punya cita rasa kartun yang kental di awal eksistensinya, menuju game petualangan ala Indiana Jones yang menyeruak lewat aksi seorang Nathan Drake, tidak ada yang mengira bahwa Naughty Dog memiliki kapabilitas untuk tidak hanya meracik sebuah game survival horror yang solid saja, tetapi juga menaburnya dengan bumbu cerita dan karakter yang begitu memesona. Kini, menuju akhir masa hidup Playstation 4, sang seri kedua akhirnya bersiap untuk dilepas ke pasaran.Dibandingkan dengan seri pertama yang notabene harus mengakomodasi performa Playstation 3 yang terbatas di kala itu, fakta bahwa ia dibangun untuk Playstation 4 sebagai basis membuat The Last of Us Part II mampu menyuntikkan begitu banyak hal yang memukau. Dari sisi presentasi, kombinasi musik, kualitas visualisasi dunia yang meluas dan penuh detail, hingga sekadar animasi gerak dan serang yang akan membuat Anda terpukau sejak pandangan pertama. Namun seperti seri pertamanya, pada akhirnya kita akan kembali untuk sang sisi cerita.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh The Last of Us Part II ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah seri yang menawarkan manifestasi keindahan dalam kekerasan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.Keputusan untuk mengusung nama “Part II” sepertinya jelas mengindikasikan niat Naughty Dog untuk menjadikan seri kedua ini sebagai kelanjutan kisah dari seri pertamanya. Ini berarti kita akan kembali pada sosok Ellie dan Joel yang setelah seri pertamanya, kini hidup “damai” di Jackson.
Mengambil timeline 5 tahun setelah seri pertamanya, Jackson kini tumbuh menjadi kota dan komunitas ramai yang tidak lagi eksis untuk sekadar bertahan hidup, tetapi pelan tapi pasti mulai mewakili kembalinya peradaban manusia itu sendiri. Ia menjadi tempat yang aman untuk memadu kasih, membangun keluarga, dan memimpikan kematian di hari tua. Sebagai gantinya? Beberapa kelompok di dalamnya mengemban tugas berat untuk tidak hanya mengumpulkan beragam resource yang dibutuhkan, tetapi juga menjaga Jackson aman dari serangan para bandit dan Infected. Sebuah tugas yang juga harus dijalani Ellie dan Joel.Namun siapa yang mengira bahwa di satu hari yang diselimuti salju super tebal, patroli Ellie yang harusnya menjadi sebuah tugas ringan tanpa beban yang ia jalani bersama dengan Dina, berujung menjadi mimpi buruk yang tidak pernah ia kira harus ia lalui sebelumnya. Berujung menghasilkan duka yang tidak bisa ia sikapi dengan hanya ikhlas dan berbesar hati, rasa benci yang tumbuh di hati Elie kemudian berkembang menjadi aksi balas dendam yang di titik ini, mulai terasa seperti sebuah aksi bunuh diri. Ellie memutuskan untuk berangkat ke Seattle untuk memburu sebuah organisasi militia bernama Washington Liberation Force (WLF). Dan ia tidak akan berhenti hingga setiap dari mereka dihabisi.
Lantas, malapetaka seperti apa yang meninggalkan rasa benci tidak tertahankan di benak Ellie? Siapa saja yang hendak ia buru di WLF? Mampukah ia menyelesaikan misi balas dendam yang ia jalani? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut bisa Anda dapatkan dengan memainkan The Last of Us Part II ini.
Komentar
Posting Komentar